Selasa, 26 Agustus 2014

The Divine Dance

Buku ini ditujukan untuk para remaja putri dan wanita yang merasakan tekanan yang sama yang dirasakan (dan masih saja dirasakan) oleh si penulis, Shannon Kubiak Primicerio, untuk memberikan pertunjukan di hadapan orang lain. Sepertinya, kita semua memiliki para penggemar dan para pengritik yang memenuhi auditorium dari hidup kita. Kita semua memiliki ruang yang diisi penuh dengan pakaian yang indah dan topeng yang berkilauan yang menjadi tempat persembunyian kita.  Setiap pribadi ingin menjadi seseorang yang istimewa. Namun sayangnya, tidak seorang pun yang merasa seperti itu.

 Namun, tetap saja pertunjukan itu dimulai. Selangkah demi selangkah kita mulai menari sepanjang hidup kita, berharap seseorang akan memperhatikan kerja keras yang kita lakukan dan menghargainya. Kita ingin seseorang memberikan tepukan tangan, menyoraki pertunjukan kita. Kita ingin seseorang memberikan tepukan sambil berdiri dan melemparkan bunga mawar ke kaki kita. Kita ingin menjadi puteri. Dan lebih lagi, kita ingin dicintai.  Sehingga kita terus menari sampai kita kelelahan dan tidak ada lagi yang tersisa.

Shannon berhasil menangkap esensi dari segala sesuatu yang sudah lama dicari-cari para remaja, sebagaimana tanggapan seorang pembaca bernama Robin Jones Gunn. Semuanya ada di dalam buku ini: harapan, kebenaran, koreksi dengan cara yang lemah lembut, dan sorotan yang cerdas ke arah Tuhan, sang Kekasih yang pantang menyerah, yang sudah lama menunggu untuk menari bersama kita.

Buku ini mudah dibaca, menghibur karena ditulis dengan penuh gairah oleh seorang yang lulus dari Universitas Biola, mendapatkan gelar sarjana muda di bidang Jurnalisme dan Studi Alkitab. Shannon juga sering diundang menjadi pembicara pada acara-acara muda-mudi di seluruh negeri. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar