Selasa, 27 September 2016

Plagiarisme: kejujuran akademik

"Aku gak suka dibohongi. Mending dia bicara jujur walaupun menyakitkan daripada berbohong ke aku." 

Rasanya, kalimat ini tidak asing di telinga kita, bukan? Mungkin juga, kita pernah memakai kalimat itu dalam pergaulan sehari-hari. Siapa sih yang suka dibohongi?

Suatu kali, perpustakaan tempat saya bekerja dikunjungi oleh seorang pustakawati dari yayasan bernama Ibu Sherryl Taylor. Beberapa kali, Ibu ini menanyakan apakah ada website yang bisa direkomendasikan secara akademik dari perpustakaan kepada pengguna perpustakaan. Sayangnya, informasi yang pernah saya dapat hanya tersimpan di komputer saya saja.

Menarik ketika saya kepo-in situs beliau tentang Plagiarism. Sebetulnya, topik ini bukanlah hal yang baru buat saya, apalagi pernah ada seorang akademisi yang ketahuan 'mencuri' ide untuk bahan penulisan S3-nya. Kalau seorang profesor yang melakukannya, tentunya dengan sengaja alias sudah tahu melanggar tetapi pura-pura tidak tahu.

Saya pernah juga mendengar bahwa plagiarisme merupakan dosa di dunia akademik. Kalau berdosa, maka hukumannya neraka. Apakah hukuman 'neraka' buat pelaku plagiarisme? Dikeluarkan dari civitas akademika, secara tidak hormat. Jadi, plagiarisme tidak termaafkan.

Malu sebenarnya mengakui ini, tetapi saya sendiri kurang paham tentang plagiarisme. Sebelum saya membaca tulisan Ibu Sherryl, saya pikir saya cukup jujur dalam menghasilkan suatu karya tulis.Untungnya, saya yang akan melanjutkan pendidikan ke S2, mendapatkan informasi mendalam tentang plagiarisme sehingga saya tahu rambu-rambu yang perlu dipatuhi dalam penulisan tesis nantinya.

Plagiarisme, menurut saya setelah membaca dan menonton sumber-sumber di atas, merupakan tindakan yang tidak mengindahkan atau mencantumkan pembuat ide yang sebenarnya, dan mengakuinya sebagai ide diri sendiri. Tidak jujur terhadap karya sendiri. Pencurian ide ini bisa bagian kecil atau besar dari karya orang lain.

Pertama-tama, kita perlu tahu membedakan mana ide umum dan khusus. Memang sulit mendapatkan ide asli karena seperti perkataan Raja Salomo, tidak ada yang baru di bawah matahari, sehingga sering kali pembuat karya mencari jalan pintas, mencontoh karya orang lain, mengubahnya sedikit, dan voila, jadilah karya pribadi. Sebetulnya, tidak masalah jika mencontoh karya orang lain, tetapi yang perlu diperhatikan, berikanlah penghargaan kepada penciptanya dengan membuat citation atau kutipan. Jika itu ide umum, ya, tidak perlu membuat kutipan tersebut.

Informasi tentang plagiarisme ini perlu disebarluaskan agar membudaya, bukan sekadar informasi yang mati. Kita perlu menghormati karya orang lain jika kita ingin karya kita juga dihormati orang lain. Lebih dari itu, kita bisa menjadi manusia yang jujur secara intelektual dan di kemudian hari, menghasilkan karya yang lebih bermutu dari sekadar copy-paste karya orang lain.






Senin, 27 April 2015

Bongkar Pasang Buku Sastra

Pada 18 April 2015, saya dan seorang teman mengajukan diri untuk mengikuti peluncuran buku yang diadakan oleh Gramedia. Berdasarkan informasi pendahulu yang saya dapatkan melalui surel, buku Bongkar Pasang: Negeri Lima Menara, yang dikerjakan oleh Lea dan Kiky, merupakan buku yang akan membantu siapapun untuk mengerti karya sastra.

Sudah menjadi rahasia umum, sastra Indonesia seperti terjun bebas dan menjadi buku yang sangat jarang dijamah di perpustakaan-perpustakaan. Yang pernah saya saksikan, karya-karya sastra hanya dipinjam jika "dipaksakan" oleh pengajar Bahasa Indonesia. Itu pun banyak murid yang "menyerah" di halaman-halaman awal karena memang menggunakan kosakata beragam serta memuat konten budaya, sejarah, agama yang membuat buku-buku ini semakin "angker". 

Salah seorang narasumber menceritakan bahwa generasi sekarang banyak yang tidak tahu bahwa sebenarnya Indonesia pernah memiliki sejarah "holocoust". Informasi ini justru bisa diketahui langsung dengan membaca salah satu buku karya Ahmad Tohari. Hanya dengan membaca satu karya sastra cukup untuk memberikan informasi Indonesia. Jadi, saya setuju, sayang sekali jika karya sastra Indonesia dibiarkan sendirian bertahan hidup. Generasi muda sekarang ini perlu disadarkan akan pentingnya. Penting sekali, dimulai dari sekolah dan para pendidiknya. 

Sebagai penyuka karya-karya sastra, Lea dan Kiky menyadari kesulitan-kesulitan ini dan berusaha "membantu" dengan membagikan "keterampilan" ini. Dimulai dari rasa iri melihat banyaknya teacher guide yang diterbitkan untuk karya-karya sastra yang berbahasa Inggris, mereka melakukan serangkaian riset untuk membuat teacher guide untuk karya-karya sastra Indonesia. Mereka mulai dengan membedah buku  sastra modern mega best-seller Ahmad Fuadi berjudul "Negeri Lima Menara". 

Mereka meyakinkan bahwa meskipun serupa dengan teacher guide, tetapi siapapun yang peduli dan mau mengajarkan kepada orang lain dapat menggunakan buku ini dengan mudah. Mereka sudah mencobanya di sekolah tempat mereka bekerja dan hasilnya murid-murid berhasil menyelesaikan buku tebal Negeri Lima Menara ini hanya dalam waktu sebulan. 

Mudah-mudahan lewat usaha-usaha serius dari pemerhati karya sastra Indonesia ini, kita terpacu untuk "menyelamatkan hidup" peradaban Indonesia. 

Kamis, 09 Oktober 2014

Fakta Menarik Tentang Perpustakaan

Beginilah fakta menarik tentang perpustakaan yang saya temukan saat membolak-balik halaman diktat kursus perpustakaan dari Bina Pustaka. Semoga bermanfaat dan memberikan semangat bagi rekan pustakawan dalam melakukan tugas di tempat masing-masing. 

1. Perpustakaan berasal dari dua kata yang disatukan :
  • bahasa Indonesia : pustaka (buku), perpustakaan (kumpulan buku)
  • bahasa Romawi (librarium) : liber (buku) dan armarium (lemari)
  • bahasa Yunani (bibliotheke) : biblion (buku) dan theke (lemari)

2. Perpustakaan pertama dimulai sejak abad ke-13 di Sumeria, kota Niniveh. Kota ini terkenal di dalam kisah Nabi Yunus yang diutus Tuhan agar memberitahukan penduduk kota ini untuk bertobat. Rajanya, Asurbanipal menghimpun koleksi perpustakaan ini dari milik keluarga raja yang terbuat dari tanah liat dan dijadikan tablet tanah liat. Mungkin fisiknya mirip gadget tablet jaman sekarang. Informasi di dalamnya ditulis dengan huruf paku.

3. Dalam perkembangannya, perpustakaan juga menyimpan koleksi yang terdiri dari papirus dan perkamen. Perkamen terbuat dari kulit binatang terutama kambing dan sapi. 

4. Berdasarkan Keppres No. 11 tahun 1989, Perpustakaan Nasional Depdikbud kedudukannya ditingkatkan, tidak lagi di bawah Depdikbud tetapi langsung di bawah Presiden RI melalui Sekretariat Negara. 

5. Pustakawan jaman dulu merupakan orang-orang yang berpengetahuan tinggi, harus menguasai lebih dari 2 bahasa dunia. Mereka merupakan filsuf-filsuf terkenal yang didatangkan dari Yunani. 

sumber : Kursus Tertulis Perpustakaan Bina Pustaka Jakarta

Selasa, 26 Agustus 2014

Shadow of His Hand


Saya suka sekali dengan kisah Anita Dittman, seorang Arya (German) - Yahudi, yang mengalami kesukaran hidup pada masa pemerintahan Hitler di Jerman. Ayahnya memilih meninggalkan isteri dan anak-anaknya karena merasa telah membuat keputusan bodoh, menikahi seorang Yahudi. Anita diperlakukan bukan seperti anak kandung sendiri, memilih untuk ikut dengan ibunya, sementara kakaknya, Hella, memilih ikut ayahnya. 

Anita mahir sekali menari balet dan ingin menjadi seorang penari profesional. Saat itu, Hitler menyebarkan kebencian terhadap ras Yahudi, menyebut mereka Judenfratz. Di segala tempat, Anita harus menerima perlakukan buruk orang-orang Jerman yang pro-Nazi tanpa perlawanan apapun. Bahkan ia harus membiasakan diri membaca tanda-tanda, berjalan dengan kepala tertunduk, tidak melakukan kontak mata, berjalan di tempat-tempat berbayang agar tidak dilihat orang lain.
  
Anita berjumpa dengan Kristus saat ia mengunjungi gereja St. Barbara yang dipimpin oleh Pastor Hornig. Pertolongan dan pengorbanan pastor ini memberikan kesaksian nyata tentang kehidupan Kristus bagi Anita dan ibunya. Sejak saat itu, Anita selalu percaya akan perlindungan Tuhan, di bawah Bayang dari tangan-Nya. Ibu dan 3 bibi Anita juga menjadi Kristen yang kuat yang punya cara jitu menghilangkan kemarahan akibat ketidakadilan yang mereka terima dengan kalimat Ini bisa jadi lebih buruk lagi. Jadi, bersyukurlah!

Biarpun iman Anita dan ibunya serta ketiga Tante-nya teguh, penganiayaan tidak menjauh dari mereka. Mereka diharuskan bekerja tanpa bayaran, hanya untuk mendapatkan makanan yang semakin sedikit porsinya. Tiap kali mereka pulang dan mendapati ada surat dari Gestapo, salah satu dari mereka harus ikut dengan tentara SS yang akan menjemput. Anita berpikir, jika mereka semua harus dibunuh, mengapa tidak sekaligus saja mereka dijemput? Cara menjemput satu per satu menjadi cara paling kejam untuk menyiksa keluarga-keluarga Yahudi maupun yang campuran Yahudi. 

Saat paling menyakitkan adalah saat surat Gestapo menyatakan bahwa giliran Hilde Dittman yang dijemput. Hilde meyakinkan Anita bahwa mereka akan bertemu lagi, bahwa Tuhanlah yang membuat semua itu mungkin. Saat itu Pengadilan Nuremberg sudah menerbitkan keputusan agar mereka yang keturunan Jerman, tidak akan disita barang-barangnya. Kenyataannya, putusan itu tidak berlaku di lapangan. 

Dalam kebingungan, Anita tidak kembali ke tempat dia tinggal selama ini melainkan pergi menemui Pastor Hornig. Ia diminta untuk menghubungi ayahnya untuk meminta pertolongan. Anita ragu kalau ayahnya mau menerima panggilan teleponnya. Ternyata, sang ayah senang sekali Anita meminta bantuan darinya. Anita belajar untuk mengampuni ayahnya, tidak mempertahankan gengsi atau kemarahan masa kecilnya. 

Sejak kepergian ibunya, Anita selalu mencari cara untuk mengirimkan roti. Terkadang dia tidak makan, agar ibunya punya makanan lebih banyak. Tindakan itu membuat dirinya kehilangan rambut dan tubuhnya semakin kurus, hanya dia tidak merasa lemah. Itulah pertolongan Tuhan yang lain yang ia rasakan. 

Anita dan beberapa teman Yahudi-Kristen lainnya dijemput oleh Gestapo suatu hari. Para pria diarahkan ke gudang kosong yang tidak jauh dari tempat pemerahan susu, tempat para perempuan dikumpulkan. Mereka diharuskan menggali parit dan menebang pohon untuk pertahanan NAZI terhadap serangan sekutu dan Rusia. Pekerjaan yang berat itu menyebabkan kaki kanan Anita rusak karena keracunan darah. 

Anita dan teman-temannya berencana melarikan diri begitu tahu bahwa Rusia sudah mengalahkan Jerman dan menduduki kota-kota. Beberapa teman laki-laki Anita sudah lebih dahulu meninggalkan dirinya, Anita ditemani oleh Hella, teman yang punya nama mirip dengan kakak Anita. Hella inilah yang kemudian membawa Anita ke rumah sakit, mengobati kakinya. 

Setelah mengalami operasi berkali-kali, juga kejahatan salah satu suster super-Nazi yang berusaha membunuh dirinya, Anita semakin diteguhkan akan perlindungan di bawah bayang tangan-Nya. Bagaimana kelanjutan kisah ini? Apakah Anita bertemu kembali dengan ibunya? Silakan baca sendiri kisahnya dan jangan lupa mengikuti kisah lainnya dalam seri Daughters of Faith. 





The Divine Dance

Buku ini ditujukan untuk para remaja putri dan wanita yang merasakan tekanan yang sama yang dirasakan (dan masih saja dirasakan) oleh si penulis, Shannon Kubiak Primicerio, untuk memberikan pertunjukan di hadapan orang lain. Sepertinya, kita semua memiliki para penggemar dan para pengritik yang memenuhi auditorium dari hidup kita. Kita semua memiliki ruang yang diisi penuh dengan pakaian yang indah dan topeng yang berkilauan yang menjadi tempat persembunyian kita.  Setiap pribadi ingin menjadi seseorang yang istimewa. Namun sayangnya, tidak seorang pun yang merasa seperti itu.

 Namun, tetap saja pertunjukan itu dimulai. Selangkah demi selangkah kita mulai menari sepanjang hidup kita, berharap seseorang akan memperhatikan kerja keras yang kita lakukan dan menghargainya. Kita ingin seseorang memberikan tepukan tangan, menyoraki pertunjukan kita. Kita ingin seseorang memberikan tepukan sambil berdiri dan melemparkan bunga mawar ke kaki kita. Kita ingin menjadi puteri. Dan lebih lagi, kita ingin dicintai.  Sehingga kita terus menari sampai kita kelelahan dan tidak ada lagi yang tersisa.

Shannon berhasil menangkap esensi dari segala sesuatu yang sudah lama dicari-cari para remaja, sebagaimana tanggapan seorang pembaca bernama Robin Jones Gunn. Semuanya ada di dalam buku ini: harapan, kebenaran, koreksi dengan cara yang lemah lembut, dan sorotan yang cerdas ke arah Tuhan, sang Kekasih yang pantang menyerah, yang sudah lama menunggu untuk menari bersama kita.

Buku ini mudah dibaca, menghibur karena ditulis dengan penuh gairah oleh seorang yang lulus dari Universitas Biola, mendapatkan gelar sarjana muda di bidang Jurnalisme dan Studi Alkitab. Shannon juga sering diundang menjadi pembicara pada acara-acara muda-mudi di seluruh negeri. 

The One and The Only Ivan

The One and Only Ivan berkisah tentang suka duka yang dihadapi hewan-hewan sirkus milik Mack. Setiap hewan memiliki karakter dan penampilan yang unik dalam menilai kehidupan mereka di dalam kelompok maupun para manusia yang datang untuk melihat mereka. Buku ini memberikan sudut pandang yang baru tentang kehidupan hewan-hewan yang dikurung dan perlakuan manusia terhadap mereka yang bisa menjadi renungan menarik.

Ivan adalah seekor gorilla yang mudah berkawan. Hidup di Exit & Big Top Mall and Video Arcade membuatnya terbiasa dengan tatapan manusia yang melihatnya dari pembatas-pembatas kaca tempat ia tinggal. Jarang sekali ia merindukan kehidupan di hutan belantara. Sebaliknya, ia mengisi waktu dalam ketenangan dan banyak berpikir tentang seni.

Lalu Ivan bertemu dengan Ruby, seekor bayi gajah yang dipisahkan dari keluarganya, dan ia membuat Ivan melihat tempat tinggalnya – dan kemampuan seninya – menggunakan mata yang baru. Saat Ruby datang, perubahan datang besertanya, dan Ivan-lah yang membuat perubahan itu menjadi kebaikan.


Katherine Applegate mencampur humor dan ketajaman berpikir untuk menciptakan narasi yang tidak terlupakan dengan Ivan sebagai karakter pertama  dalam kisah tentang persahabatan, seni, dan harapan. Katherine terinspirasi untuk menulis buku ini setelah membaca kisah sejati dari seekor gorilla yang juga bernama Ivan, si Gorilla Mall. Ivan yang sesungguhnya hidup di kurungan yang keicl selama 27 tahun sebelum akhirnya dipindahkan ke Kebun Binatang Atlanta. 

A Girl Who Leads

Kamu harus berdiri teguh di atas sesuatu, di tengah-tengah dunia yang menyerah terhadap segala sesuatu.

Kepemimpinan bukanlah sebuah posisi dimana kamu bisa masuk dan keluar, dan tidak ada hubungannya dengan umur. Menjadi remaja putri yang memimpin berarti berusaha dengan sadar untuk melakukan Firman Tuhan di dalam kehidupan nyata – tidak ada kompromi. Segala sesuatu yang kita lakukan di dalam dunia hanya akan memuliakan Tuhan atau mempermalukan Tuhan. Tidak ada yang netral.

Apakah kamu takut menjadi berbeda? Seberapa sering kamu ikut-ikutan orang lain sehingga mereka tidak berpikir bahwa kamu aneh atau bukan bagian dari mereka? Apa yang akan terjadi pada dirimu seandainya kamu ada di pesta besar-besaran dan kamu ditantang untuk menyambar segelas bir dan bercumbu dengan dengan pria tampan yang menghampirimu? Di bagian mana kamu merasa harus menyingkir? Bagian besar menjadi seorang Kristen yang memimpin adalah berdiri melawan sesuatu yang kamu tahu itu salah. Kamu tidak perlu ikut-ikutan arus setiap saat.

Menjadi seorang pemimpin, kamu harus menjadi berbeda. Teman-temanmu akan memperhatikanmu dan keputusan-keputusan yang kamu ambil, dan jika kamu membuat sebuah keputusan yang melawan tata social ayng ada dan berdiri atas dasar yang kamu imani, maka yang lainnya akan juga memperhatikan. Jika remaja putrid lainnya mengikuti teladanmu, maka akan terjadi revolusi yang luar biasa pada seluruh generasi kita. Hanya dibutuhkan satu orang untuk melakukan perubahan. Kamu bisa menjadi seorang pemimpin. Apakah kamu mau menjadi berbeda?

Buku ini banyak mengulas tantangan nyata yang dihadapi oleh remaja putrid dan bagaimana membuat keputusan berbeda yang manfaatnya menjadikan mereka benar-benar sebagai ‘garam dan terang dunia’, sebagaimana yang tertulis di dalam Alkitab. Dengan bahasa yang sederhana, data yang akurat, buku karangan Shannon ini akan menantang para remaja untuk menjadi pribadi yang unik, pribadi yang kritis.