Selasa, 21 Februari 2012

Sejarah Indonesia ditulis Orang Bule?

Dalam rangka memperingati Hari Sumpah Pemuda, sekolah tempat kami bekerja mengadakan suatu acara perayaan yang mengangkat tema "Bahasaku Cerminan Bangsaku". Perpustakaan turut mendukung kegiatan ini dengan cara menambahkan koleksi-koleksi buku bacaan ber-genre sejarah beberapa daerah di Indonesia. Dengan penambahan ini diharapkan para siswa dan guru akan meminjam buku-buku tersebut dan rasa cinta serta kebanggaan sebagai warganegara Indonesia bertumbuh.

Melihat tampilan buku-buku yang baru dibeli ini, saya merasa kagum karena sudah baik dan menarik. Tetapi yang mengganggu perasaan saya adalah hampir semua buku-buku tersebut ditulis oleh pengarang di luar Indonesia alias bule. Pertanyaan-pertanyaan timbul di dalam hati saya. Apakah pengarang Indonesia tidak tertarik lagi dengan sejarah bangsanya sendiri? Apakah kecintaan terhadap tanah air sudah benar-benar pupus?

Sebelum tulisan ini diturunkan, ternyata majalah Tempo sudah mengeluarkan tulisan sangat lengkap mengenai topik ini. Akh, saya keduluan. Bercermin pada diri saya sendiri, mewakili masyarakat Indonesia kebanyakan, saya memang tidak tahu apa-apa tentang sejarah Indonesia sehingga saya tidak punya keberanian untuk segera memajang tulisan ini.

2 komentar:

  1. Menurut saya, generasi lulusan sekolah dasar tahun 1980-2010 tidak banyak yang berminat pada sejarah. Jadi apakah perlu diubah cara pengajaran sejarah di sekolah-sekolah? Lalu bagaimana para lulusan 1980-2010 tersebut berdiskusi sejarah dengan anak-anaknya nanti ya? Apakah perlu mengejar ketertinggalan ini? Dengan cara apa? Pertanyaan ini saya ajukan karena saya adalah bagian dari lulusan yang tertinggal dalam sejarah itu.

    BalasHapus
  2. Bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak pernah melupakan sejarahnya...karena berbagai faktor, sejarah jadi pelajaran yang kurang populer di negara ini sehingga tidak banyak yang mau mengangkat sebagai bahan tulisan...kalau akhirnya orang bule yang mengangkat sejarah Indonesia, yah karena mereka memang terbiasa mengadakan riset dan menulis...mungkin generasi ini perlu didorong untuk berani berkarya, sekecil apapun :)

    BalasHapus