Senin, 27 April 2015

Bongkar Pasang Buku Sastra

Pada 18 April 2015, saya dan seorang teman mengajukan diri untuk mengikuti peluncuran buku yang diadakan oleh Gramedia. Berdasarkan informasi pendahulu yang saya dapatkan melalui surel, buku Bongkar Pasang: Negeri Lima Menara, yang dikerjakan oleh Lea dan Kiky, merupakan buku yang akan membantu siapapun untuk mengerti karya sastra.

Sudah menjadi rahasia umum, sastra Indonesia seperti terjun bebas dan menjadi buku yang sangat jarang dijamah di perpustakaan-perpustakaan. Yang pernah saya saksikan, karya-karya sastra hanya dipinjam jika "dipaksakan" oleh pengajar Bahasa Indonesia. Itu pun banyak murid yang "menyerah" di halaman-halaman awal karena memang menggunakan kosakata beragam serta memuat konten budaya, sejarah, agama yang membuat buku-buku ini semakin "angker". 

Salah seorang narasumber menceritakan bahwa generasi sekarang banyak yang tidak tahu bahwa sebenarnya Indonesia pernah memiliki sejarah "holocoust". Informasi ini justru bisa diketahui langsung dengan membaca salah satu buku karya Ahmad Tohari. Hanya dengan membaca satu karya sastra cukup untuk memberikan informasi Indonesia. Jadi, saya setuju, sayang sekali jika karya sastra Indonesia dibiarkan sendirian bertahan hidup. Generasi muda sekarang ini perlu disadarkan akan pentingnya. Penting sekali, dimulai dari sekolah dan para pendidiknya. 

Sebagai penyuka karya-karya sastra, Lea dan Kiky menyadari kesulitan-kesulitan ini dan berusaha "membantu" dengan membagikan "keterampilan" ini. Dimulai dari rasa iri melihat banyaknya teacher guide yang diterbitkan untuk karya-karya sastra yang berbahasa Inggris, mereka melakukan serangkaian riset untuk membuat teacher guide untuk karya-karya sastra Indonesia. Mereka mulai dengan membedah buku  sastra modern mega best-seller Ahmad Fuadi berjudul "Negeri Lima Menara". 

Mereka meyakinkan bahwa meskipun serupa dengan teacher guide, tetapi siapapun yang peduli dan mau mengajarkan kepada orang lain dapat menggunakan buku ini dengan mudah. Mereka sudah mencobanya di sekolah tempat mereka bekerja dan hasilnya murid-murid berhasil menyelesaikan buku tebal Negeri Lima Menara ini hanya dalam waktu sebulan. 

Mudah-mudahan lewat usaha-usaha serius dari pemerhati karya sastra Indonesia ini, kita terpacu untuk "menyelamatkan hidup" peradaban Indonesia. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar