Minggu, 23 Oktober 2011

Membaca untuk Sukses

Fungsi pustakawan sebagai 'penjaga buku' rasanya sudah tidak jamannya lagi. Pustakawan malah sekarang diberikan sebutan baru, "pekerja informasi". Bagus bukan? Pemberian sebutan baru ini mengandung harapan yang baru juga di dalam 'desc job' dari seorang pustakawan. Jadi, seorang pustakawan diharapkan melek informasi sehingga dapat memberikan arahan terhadap pengguna perpustakaan yang sedang mengadakan penelitian ataupun sekadar mencari kesenangan dari membaca.

Ketika jaman semakin dipengaruhi kuat oleh teknologi seperti internet, informasi yang didapat dari buku-buku seperti kehilangan daya tarik. Para pelajar cenderung melakukan pencarian lewat internet ketika mereka mendapatkan tugas dari guru. Hal ini menyebabkan buku-buku yang tersusun rapi di rak-rak perpustakaan tidak dipergunakan secara maksimal.

Kalau mau dibandingkan antara keabsahan informasi dari buku dan internet, tentunya buku juaranya. Seorang penulis buku harus melakukan penelitian di sana sini dan memberikan catatan bibliografi. Setelah itu, si penulis menyerahkan buku tersebut untuk di-proof reading dan diedit. Belum lagi, buku tersebut harus bersaing dengan buku-buku lain di meja penerbit. Tentunya, seorang penulis buku memikirkan tema dan cara penulisan yang menarik sehingga buku tersebut laku di pasaran.

Sehingga, rasanya tidaklah berlebihan jika pustakawan juga mengambil waktu untuk melakukan usaha ekstra untuk mengusahakan ketertarikan para pengguna untuk memperoleh informasi dari buku. Pustakawan dapat mengusahakan hal-hal sebagai berikut :
1. Dekorasi perpustakaan perlu diubah secara berkala dengan menampilkan biografi penulis terkenal (author of the month), mempromosikan buku-buku baru, memperingati hari-hari besar nasional sehingga para pengguna tidak merasa bosan di dalam perpustakaan dan mereka juga selalu mendapatkan informasi terbaru di sekitar mereka tanpa mereka sadari.
2. Pemberian penghargaan bagi pengguna yang paling aktif dalam menggunakan buku. Bentuk penghargaan ini bisa berupa pemberian souvenir kecil seperti pembatas buku atau stiker yang berisi himbauan membaca. Cara lain, nama pengguna tersebut dipublikasikan sebagai pengguna perpustakaan terbaik bulan ini (user of the month).
3. Pembentukan kelompok pecinta perpustakaan (library lover) bagi mereka yang tertarik membantu pekerjaan sederhana di perpustakaan. Seiring dengan perkembangan usia pengguna, terutama di lingkungan sekolah, pekerjaan yang dapat dilakukan bisa dibuat meluas, seperti misalnya membuat poster-poster larangan berplagiat, kampanye membaca, dll.
4. Pengadaan kegiatan bookweek sehingga pengguna dapat mengetahui lebih dalam sebuah genre atau tema buku yang diangkat dan dengan demikian merangsang ketertarikan pada buku. Format acaranya dapat disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan para pengguna.
5. Mengadakan semacam sayembara menulis, bisa berupa resensi buku ataupun komentar terbaik mengenai sebuah buku sehingga para pengguna membaca buku dengan lebih antusias.
Semua hal yang di atas tidak dapat dikerjakan tanpa kerjasama yang baik dari sebuah tim pustakawan yang antusias memajukan gerakan membaca demi kesuksesan. Tentu saja, masing-masing anggota tim tersebut juga mencintai kegiatan membaca, bukan?

2 komentar:

  1. benar. sbg salah satu garda depan penyedia informasi,pustakawan memang harus selalu mencari cara bersaing dengan kemajuan sarana informasi lain. kita memang bukan google..tp jika google boleh disebut anak kita maka sbg orang tua, kita harus tidak membiarkan anak kita berjalan meninggalkan kita...

    BalasHapus
  2. saya setuju sekali dengan pengandaian google sebagai anak kita...untuk membesarkan seorang anak dibutuhkan kerjasama yang baik antara ayah, ibu dan lingkungan...ada miripnya dengan penggunaan google bagi para pengguna...

    BalasHapus