Buku ini ditujukan untuk para remaja putri dan wanita yang
merasakan tekanan yang sama yang dirasakan (dan masih saja dirasakan) oleh si
penulis, Shannon Kubiak Primicerio, untuk
memberikan pertunjukan di hadapan orang lain. Sepertinya, kita semua memiliki
para penggemar dan para pengritik yang memenuhi auditorium dari hidup kita.
Kita semua memiliki ruang yang diisi penuh dengan pakaian yang indah dan topeng
yang berkilauan yang menjadi tempat persembunyian kita. Setiap pribadi ingin menjadi seseorang yang
istimewa. Namun sayangnya, tidak seorang pun yang merasa seperti itu.
Namun, tetap saja
pertunjukan itu dimulai. Selangkah demi selangkah kita mulai menari sepanjang
hidup kita, berharap seseorang akan memperhatikan kerja keras yang kita lakukan
dan menghargainya. Kita ingin seseorang memberikan tepukan tangan, menyoraki
pertunjukan kita. Kita ingin seseorang memberikan tepukan sambil berdiri dan
melemparkan bunga mawar ke kaki kita. Kita ingin menjadi puteri. Dan lebih
lagi, kita ingin dicintai. Sehingga kita
terus menari sampai kita kelelahan dan tidak ada lagi yang tersisa.
Shannon berhasil menangkap esensi dari segala sesuatu yang sudah
lama dicari-cari para remaja, sebagaimana tanggapan seorang pembaca bernama
Robin Jones Gunn. Semuanya ada di dalam buku ini: harapan, kebenaran, koreksi
dengan cara yang lemah lembut, dan sorotan yang cerdas ke arah Tuhan, sang
Kekasih yang pantang menyerah, yang sudah lama menunggu untuk menari bersama
kita.
Buku ini mudah dibaca, menghibur karena ditulis dengan penuh
gairah oleh seorang yang lulus dari Universitas Biola, mendapatkan gelar
sarjana muda di bidang Jurnalisme dan Studi Alkitab. Shannon juga sering
diundang menjadi pembicara pada acara-acara muda-mudi di seluruh negeri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar